“Tak Ada Yang Tahu Kapan Maut Menghampiri Kita“
Oleh : H. Banu Atmoko
Apenso Indonesia
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jumu’ah [62]: 09).
Manusia merupakan salah satu makhluk sosial yang diciptakan oleh Allah swt. Manusia diberikan hati dan naluri sebagai pangkal perbedaan dari makhluk-makhluk yang lainnya. Pada dasarnya semua ciptaan Allah swt itu akan binasa. Misalnya, alam semesta ini. Dia akan mengalami kebinasaan pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan itu menjadi rahasia besar Ilahi.
Sama halnya dengan kita. Kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah pada hakikatnya juga akan menemui masa perpisahan kita dengan alam dunia ini. Memang ini menjadi teka-teki dan misteri besar yang sampai peran teknologi di era revolusi industri 4.0 dan modernisasi abad ke 21 semakin pesat berkembang tidak mampu mengetahui kapan waktu kita untuk berpisah dengan alam dunia yang hanya sebentar saja ini.
Oleh karena itu, kita sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah swt yang paling tinggi derajatnya diwajibkan untuk selalu bersiap-siap untuk menyongsong hari berpisahnya dengan alam dunia ini. Karena semua manusia di bumi ini tidak ada yang tahu persis kapan dan dimana kita akan mengalami perpisahan dengan alam dunia ini.
Benar juga firman Allah swt berikut ini yang secara eksplisit menerangkan jika waktu kita harus menghadap Allah swt, maka kita tidak dapat menundanya lagi ataupun mendahulukannya. Dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah telah melukiskan ayat yang artinya: “Maka jika datang waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan dan mendahulukannya sedetikpun”. (QS. An-Nahl [16]: 61).
Setelah investigasi panjangnya, para ilmuwan menegaskan bahwa kematian adalah makhluk seperti halnya kehidupan, dan seakan kematian itu adalah dasar utamanya. Dan hal tersebut dapat ditemukan isyaratnya dalam ayat Al-Quran. “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji siapa diantara kalian yang terbaik amalnya”. (QS. Al-Mulk [67]: 02).
Para ilmuwan mengatakan bahwa masa tua adalah masa-masa untuk mengakhiri kehidupan manusia secara alami, jika tidak, maka setiap upaya untuk memperpanjang hidup di atas batas-batas tertentu akan memberikan banyak penyebabnya, misalnya terserang penyakit atau kecelakaan, para ilmuwan mengatakan: “Setiap usaha untuk mencapai keabadian bertentangan dengan alam”.
Para ilmuwan telah menyimpulkan hasilnya, yaitu bahwa meskipun menghabiskan miliaran dolar untuk dapat berumur panjang sampai usia, tetap saja tidak akan membuahkan hasil dan manfaat. Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad: “Berobatlah wahai hamba-hamba Allah, karena Allah tidak pernah memberikan suatu penyakit kecuali Allah berikan penawarnya kecuali satu masa tua”. (HR. Ahmad).
Kondisi sebelum hadirnya kematian menghampiri kita, kita akan menghadapi yang namanya sakaratul maut. Secara etimologis kata sakaratul maut berasal dari bahasa arab, yaitu “sakarat” dan “maut”. Sakarat dapat diartikan dengan “mabuk” sedangkan “maut” berarti kematian. Dengan demikian, sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa kematiannya.
Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. Kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup.
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. (QS. Qaaf [50]: 19). Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya.
Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian. [Jami’u Al Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101)]. Al-Imam Ibnu Katsir berkata: “Ini adalah berita dari Allah tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah meneguhkan kita dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat). Allah mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah?
Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati Allah swt). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit.
Mengingat kematian. Syari’at ajaran agama Islam telah mengajarkan bagaimana caranya agar kita selalu mengingat kematian. Dengan kita mengingat akan adanya kematian, maka kita juga akan lebih mendekatkan diri atau berserah diri kepada Allah swt.
Pada hari Kamis, 21/1/2021 Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir pada pukul 22.00 merasa kaget karena di bangunkan oleh tetangga Ustad H. Muat Ansori, S.H.I karena tetangga juga di depan Gapura.
Bapak BUNANGGI alias Pak Mul meninggal dunia. Bapak H. BANU ATMOKO, S.Pd merasa tidak percaya karena pada waktu sore hari jam 18.00 beliaunya masih bertemu dengan Penulis mengantarkan Umik Miski Kontrol, tetapi kenyataannya memang usia kematian kita tidak ada yang tahu. Akhirnya bapak BUNANGGI alias Pak Mul meninggal dunia.
Dalam kesempatan ini, Penulis langsung kontak Nurul Hayat untuk meminta bantuan Ambulance mengantarkan bapak BUNANGGI tersebut ke Madura. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Yayasan Nurul Hayat yang sudah mengantarkan Jenazah ke Madura.
Semoga Yayasan Nurul Hayat semakin sukses, berkah barokah selamanya. Apa yang disampaikan itu sesuai kematian dan rezeki tidak ada yang tahu. Apalagi ini di masa Pandemi Covid. Dalam kesempatan ini, ayo kita jaga diri kita, jaga kesehatan kita, dan keluarga kita agar terbebas dari Covid-19.
#TantanganGuruSiana
#dispendikSurabaya
#Guruhebat
0 Komentar