Opini:
BELAJAR BISA ILMU
Oleh: Gempur Santoso
Kalau istilah Tukul Arwana "kembali ke laptop". Kalau ngikuti kata bijak "sepandai sepandai tupai melompat akhirnya jatuh ke tanah juga". Begitu pula sepandai pandainya mengembangkan pendidikan akhirnya proses belajar mengajar (PBM) terjadi "ada guru dan ada murid".
Berbagai macam kreasi pembelajaran atau pun pendidikan. Berbagai metode pendidikan. Berbagai strategi pembelajaran. Berbagai model pembelajaran. Berbagai bentuk evaluasi. Berbagai administrasi pendidikan. Sepandai pandai itu semua akhirnya tetap urusan "guru dan murid".
Gurunya berilmu nular ke murid. Gurunya pintar nular ke murid. Murid yang tidak bisa menjadi bisa. Bahkan ilmu yg disampaikan dalam PBM waktu terbatas. Murid bisa mengembangkan lebih jauh.
Kuncinya kita butuh guru berilmu, guru yg baik, guru berakhlak mulia. Guru siapa saja. Guru bidang apa saja. Guru dimana saja.
Kalau itu semua pada guru, lemah. Kelemahan guru akan ditiru murid juga. Pepatah nyebut "guru kencing berdiri, murid malah bisa kencing berlari". Bisa jadi "Kalau guru kecing berlari dimana mana, murid bisa lebih diri itu".
Derajat manusia akan naik karena ilmu. Ilmu didapat harus melakukan belajar. Itu seperti pepatah Jawa "intuk ilmu kudu kanti laku".
Saat ini baru terasa, UN akan dihapus, administrasi guru disingkat, RPP cukup 1 (satu) lembar dan lain lain. Itu biar tidak ngribeti manusia belajar mengajar.
Sadar, saat ini pendidikan lompat kemana mana, tidak meningkatkan kualitas murid. Sadar, belajar bukan untuk cari status angka, tapi cari ilmu.
Bisa ilmu akan bisa membuat perubahan lebih baik pada perilaku atau perbuatan/berbuat cerdas.
Untuk bisa ilmu, tidak cukup mengerti, tapi harus belajar-latihan melakukan.
(GeSa)
0 Komentar