Opini:
REKTOR IMPOR "UNGGUK MERINDUKAN BULAN"
Oleh: Gempur Santoso
Sebelumnya mencuat polemik "guru impor". Lambat laun keramaian polemik itu mereda. Kerena, itu seiring "guru impor" dimaknai guru orang luar negeri (asing) hanya sebagai pembicara saja. Sebagai nara sumber dg audien para guru saja. Kini sudah tak terdengar polemik itu.
Tiba tiba muncul polemik "rektor impor". Ramai lagi, pro kontra. Macam macam rasionalitas yg disampaikan. Untuk membenarkan pendapatnya. Mengganggu kedaulan. Mengecilkan/meremehkan SDM bangsa sendiri. Ada yg berpendapat agar kita bisa menjadi 100 besar kampus tingkat internasional. Dan, sebagainya.
Hampir tiap kepala punya pendapat masing masing. Sejuta kepala sejuta pendapat.
Kata "impor" selalu menjadi ramai pro kontra. Beras impor, garam impor, daging impor, tenaga kerja impor dan impor lainnya. Selalu ramai. Tentu semua pendapat itu secara pikiran positif, tujuannya positif.
Banyak kejadian impor memang bangsa ini jadi terpuruk. Kata "impor" membuat traumatik. Efek impor rupiah jadi murah. Kesempatan kerja kecil, pengangguran numpuk. Produksi dalam negeri kehilangann pasar.Dan sebagainya.
Semakin ngigau menjadi sejajar dg negara lain. Tampaknya seperti "ungguk merindukan bulan" jika mata uang kita masih terpuruk murah dan terus makin murah. Makin murah dibanding mata uang negara lain.
Kita punya uang rupiah banyak di sini, tak ada ajinya saat di luar negeri (Malaysia, Arab, Hongkong, Tiongkok, Australia, dengan dolar AS malah ajur) dan sebagainya. Gaji dosen sini saja besarnya hampir sama gajinya babu (PRT) di LN kok.
Sebaiknya. Arahkan rupiah bisa naik. Kalau di negeri ini ada, bisa dibuat dikembangkan, jangan impor. Rakyat diajari berproduktif. Biar rupiah naik, syukur sampai bisa 1 rupiah sama dengan 1 dolar AS. Walau itu jauh api dari panggang.
Budayakan bisa sendiri, jangan impor. Agar rupiah membaik.
Kalau rupiah bisa naik menjadi setara dg mata uang asing, baru kita bisa setara dg bangsa lain (internaaional).
Rupiah bagus, para dosen (inteletual) banyak yg bisa glebar gleber terbang ke luar negeri. Menjadi banyak temannya para intelektual LN. Banyak pengalaman LN, jumlahnyak juga banyak. Pengalamannya bisa untuk meningkatkan kualitas kampus.
Rupiah baik setara mata uang LN. Termasuk lainnya, pedagang, pelajar, petani, mahasiswa, semuanya mudah dan kuat bayar ke LN. Kalau perlu suatu saat wong ngarit suket mampu glebar gleber terbang LN, bisnis.
Janganlah ngigau lagi ya. Jangan sensasi, sekadar biar tampak top. Benahi dulu mata uang rupiah kita, akan otomatis kita bisa setara dg negara lain. Bahkan bisa di atasnya.
Kebayakan beli konsumtif, kebanyakan hutang. Jadi mlarat (miskin). Jangan diulangi ya.... Biar kita makmur berkelas internaaional..semoga.
(GeSa)
0 Komentar